Saturday, June 24, 2017

Ramadhan, Bulan Yang (tak) Dirindukan?

Pada bulan Ramadhan umat Muslim (dan umat-umat terdahulu) diwajibkan berpuasa. Wajar kalau orang yang berpuasa merasakan lapar dan haus, karena memang tidak mendapat asupan makanan dan minum selama siang hari. Di samping itu, waktu tidur orang yang berpuasa juga berkurang. Dampak puasa bukan hanya pada perut yang keroncongan, tenggorokan yang kering, mengantuk dan lelah. Sistem dalam tubuh orang yang berpuasa juga mengalami perubahan.
Kekurangan asupan air menyebabkan metabolisme tubuh dan cairan di dalam tubuh berkurang drastis, sehingga merasa cepat lelah. Dengan kurangnya asupan air, maka bagian otak pun akan mengalami kekurangan cairan. Kondisi otak yang mengalami kekurangan cairan ini akan menyebabkan berbagai gangguan konsentrasi. Tidak keliru apabila sebuah merek air minum dalam kemasan menayangkan iklan yang menunjukkan tindakan keliru dan konyol orang-orang yang sedang kurang asupan air minum. Kurang minum juga dapat membuat kepala terasa sakit dan pusing.
Tidak mendapat asupan makanan dalam jangka waktu lama menyebabkan berkurangnya kadar glukosa/gula darah di dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, karena otak sangat bergantung pada glukosa untuk melakukan tugasnya dengan optimal. Gula darah rendah juga mendorong kecemasan, kelelahan dan sakit kepala.
Larangan makan dan minum di siang hari selama Ramadhan adalah ujian dahsyat. Tantangannya bukan hanya lapar dan haus, tetapi terutama adalah makin lemahnya kemampuan kita mengendalikan emosi dan mengelola pikiran kita. Orang yang berpuasa justru dituntut untuk mampu mengendalikan emosi dan mengelola pikiran pada saat sarana pengendalian dalam tubuhnya berada pada level yang rendah. Banyak di antara kita yang mampu menahan lapar dan haus selama berpuasa. Namun tidak sedikit di antara kita yang sulit menahan amarah pada waktu berpuasa. Otak yang kekurangan glukosa akan kesulitan untuk mengontrol gejala amarah.
Apabila hanya memikirkan lapar, haus, kantuk, dan semua ketidaknyamanan yang terjadi sewaktu berpuasa, maka Ramadhan akan disambut dengan keluh kesah, dan diharapkan agar secepatnya berakhir. Ramadhan akan menjadi bulan yang tak dirindukan.
Syukurlah banyak di antara kita yang memahami keutamaan bulan Ramadhan sehingga menyikapinya secara positif. Pada bulan Ramadhan setiap perbuatan baik/ibadah kita dijanjikan mendapat penilaian/rating yang lebih tinggi dibandingkan dengan perbuatan baik/ibadah pada periode di luar Ramadhan. Pada bulan Ramadhan Allah membuka lebar pintu ampunan. Pada bulan Ramadhan ada peluang mendapatkan "Super Mega Bonus", yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan Allah menjanjikan status yang tinggi bagi bagi orang yang menunaikan ibadah Ramadhan. Mungkin itulah sebabnya, Rasulullah dan para sahabat selalu merindukan Ramadhan dan menyambutnya dengan suka cita. Mereka bahkan menangis sedih saat Ramadhan akan berakhir.
Selamat Idul Fitri. Semoga Allah menerima ibadah kita. Mohon maaf lahir dan batin.

No comments:

Post a Comment

You can use HTML tags.