Sabtu 6 Oktober 2007, tanpa sengaja saya membaca Gerobak di blog Seno Gumira Ajidarma (yang konon dibuat oleh fans-nya Seno). Setiap ingat Seno Gumira Ajidarma, saya selalu ingat "Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta". Sepuluh tahun lalu, kumpulan cerpen Seno ini saya baca berulang-ulang. Entah sampai berapa kali. Itu bukan karena saya penggemar berat cerpen-cerpen Seno. Waktu itu saya sedang cengeng karena ditimpa "kemalangan" yang mirip dengan tokoh cerita dalam cerpen itu. :-(
Setelah membaca Gerobak tulisan Seno, pertanyaan- pertanyaan saya tentang Manusia Gerobak terjawab sudah:
" ... mereka datang dari negeri kemiskinan. ..... mereka memang tidak perlu mengemis untuk mendapat sedekah. ....... orang-orang yang dianggap berkelebihan diandaikan dengan sendirinya harus tahu, bahwa manusia-manusia dalam gerobak itu perlu mendapat sedekah. Demikian pula manusia-manusia dalam gerobak itu tampaknya merasa, sudah semestinyalah mereka mendapat limpahan pemberian sebanyak-banyaknya tanpa harus mengemis lagi. Mereka cukup hanya harus hadir di kota kami dan mereka akan mendapatkan sedekah yang tampaknya mereka anggap sebagai hak mereka.... Tulis Seno
Saya kira banyak yang tidak suka dengan "pameran kemiskinan" ini. Begitu juga saya. Saya jadi ingat khatib salat Jumat kemarin. Menurutnya, di hari kemudian, banyak orang yang menyesal karena tidak melaksanakan kewajiban zakat, infaq dan sedekah. Bahkan, yang sudah melaksanakan juga banyak yang menyesal karena tidak memberi lebih banyak. (sayang khatib tidak menjelaskan apakah ada yang menyesal karena belum berhasil mengelola zakat, infaq dan sedekah untuk membuat orang berhenti miskin.). Ternyata kita tidak harus menunggu hari kemudian untuk menyesal menyaksikan "pameran kemiskinan Manusia Gerobak".
Setelah membaca Gerobak tulisan Seno, pertanyaan- pertanyaan saya tentang Manusia Gerobak terjawab sudah:
" ... mereka datang dari negeri kemiskinan. ..... mereka memang tidak perlu mengemis untuk mendapat sedekah. ....... orang-orang yang dianggap berkelebihan diandaikan dengan sendirinya harus tahu, bahwa manusia-manusia dalam gerobak itu perlu mendapat sedekah. Demikian pula manusia-manusia dalam gerobak itu tampaknya merasa, sudah semestinyalah mereka mendapat limpahan pemberian sebanyak-banyaknya tanpa harus mengemis lagi. Mereka cukup hanya harus hadir di kota kami dan mereka akan mendapatkan sedekah yang tampaknya mereka anggap sebagai hak mereka.... Tulis Seno
Saya kira banyak yang tidak suka dengan "pameran kemiskinan" ini. Begitu juga saya. Saya jadi ingat khatib salat Jumat kemarin. Menurutnya, di hari kemudian, banyak orang yang menyesal karena tidak melaksanakan kewajiban zakat, infaq dan sedekah. Bahkan, yang sudah melaksanakan juga banyak yang menyesal karena tidak memberi lebih banyak. (sayang khatib tidak menjelaskan apakah ada yang menyesal karena belum berhasil mengelola zakat, infaq dan sedekah untuk membuat orang berhenti miskin.). Ternyata kita tidak harus menunggu hari kemudian untuk menyesal menyaksikan "pameran kemiskinan Manusia Gerobak".
betul mass,, tapi bukankan penantian itu tiada akhirr.. heheh sekalian jalan jalan posting maaf kalo ganggu.
ReplyDelete