- Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yang diajukan dan bukan berdasarkan pada pertimbangan output yang dihasilkan .
- Adanya sisa anggaran lebih sering dinilai sebagai kegagalan ketimbang sebuah penghematan.
- Yang terungkap dalam laporan keuangan hanyalah realisasi pelaksanaan anggaran. Prestasi di balik realisasi tersebut cenderung terabaikan.
Sunday, December 23, 2007
December effect
Menurut http://dictionary.reference.com: "December effect" adalah: " The tendency of stock prices to move upward during the last month of the year. Historical statistics indicate December is the strongest month of the year for stock prices."
Penjelasan tersebut di atas adalah pengertian "December effect" yang lazim. Sedangkan "December effect" dalam tulisan ini bukan tentang naik turunnya harga saham di bursa. tetapi tentang cenderung meningkatnya aktifitas berbagai instansi setiap menjelang akhir tahun.
Dalam perjalanan pulang melewati jalan Duren Tiga, Jakarta Selatan, saya mengalami macet yang panjang. Jalan ini memang biasa macet, tetapi kali ini lebih parah dari biasanya. Ternyata kemacetan terjadi karena adanya galian yang hampir menyita seperempat lebar jalan. Kegiatan gali-menggali juga tampak di beberapa ruas jalan berikutnya. Karena sedang musim hujan, maka tanah bekas galian membuat aspal jalan jadi licin. Di trotoar ruas jalan yang lain sedang dlakukan penggantian paving block.
Dua minggu lalu seorang teman yang bekerja di sebuah instansi penegak hukum kembali dari Rapat Kerja di Puncak. Dia bercerita bahwa, setelah Rapat Kerja kantornya selesai, hotel yang sama sudah langsung digunakan oleh instansi lain untuk Raker juga. " Lagi banyak yang pada Raker." katanya "Biasa. Menghabiskan anggaran." lanjutnya.
Mengapa terjadi "December effect"? Sepertinya jawabannya antara lain adalah karena banyak instansi yang memakai sistem anggaran tradisional. Sehingga:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
@ CresceNet:
ReplyDeleteI'm sorry I don't understand, but thank you for visiting & leaving comment in my web.