Sunday, February 9, 2014

Shower vs Gayung & Open water Container

Di posting Bandung, The city of pigs, Inna Savova menulis:

Indonesian way of having a bath is very interesting. They can install showers, but they prefer to have an open water container, where they store icy cold water. You take something that's like a mug with a long holder and you start throwing the water on yourself. I have to admit, it is ecofriendly, but really unenjoyable. As most Asians, they also prefer squatting toilets, usually squished in between the water container and the wall. I'm attaching a picture I found in google, so people can see.

Saya tidak mengerti hubungan antara Indonesian way of having a bath dengan Bandung, The city of pigs. Saya juga tidak mengerti mengapa di posting Inna Savova itu tidak ada foto babi. Juga tidak ada foto tumpukan sampah seperti yang pernah saya lihat di pasar dekat Simpang Dago, sewaktu saya ke Bandung beberapa tahun lalu.

Tulisan Inna Savova dengan judul Bandung, The city of pigs mendapat tanggapan tidak kurang dari 690 comments. Selain itu, tulisan ini juga menjadi berita di sejumlah media. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil juga memberi tanggapan. Jadi, saya tidak ingin ikut menanggapi Tulisan berjudul Bandung, The city of pigs itu karena:

  • Sudah cukup banyak yang menanggapi
  • Meski sering ke Bandung, saya merasa tidak cukup mengenal Bandung. Inna Savova lebih mengenal Bandung dari pada saya.
  • Tulisan Inna Savova ini panjang sekali, dan saya tidak cukup betah membaca tulisan panjang.

Di tulisan ini saya cuma mau bicara soal Indonesian way of having a bath yang kata Inna Savova is very interesting. Sehari-hari saya memang memakai kamar mandi seperti yang di tulis Inna Savova ini. Sudah pakai toilet duduk, bukan squatting toilet, tetapi mandinya masih pakai gayung dari open water container. Saya mengakui bahwa mandi memakai Shower lebih enak dari pada memakai gayung. Tetapi saya tidak berhak mengubah kamar mandi, karena ini bukan rumah saya (saya hanya penyewa). Jadi tolong doakan saya supaya cepat punya rumah sendiri. Kalau saya punya rumah sendiri, kamar mandi pasti saya lengkapi pancuran alias Shower. Pokoknya, kalau Inna Savova mandi di rumah saya, dia tidak akan kecewa. Bahkan dia pasti akan bikin tulisan yang isinya memuji kamar mandi saya. :)

Seperti saya katakan, saya setuju dengan Inna Savova, bahwa mandi memakai Shower lebih enak dari pada memakai gayung. Tetapi ada hal-hal yang perlu diingat sebelum Anda menggusur bak mandi alias open water container dan menggantinya dengan shower:

  • Kalau Anda memakai air PDAM, pastikan bahwa suplai air di rumah Anda cukup bisa diandalkan. Jangan pakai Shower kalau air yang sampai kerumah Anda alirannya kecil. Ada batas minimum tekanan air yang dianjurkan untuk pemakaian Shower. Di bawah batas minimal itu, Shower bukan hanya tidak nyaman tetapi juga tidak efektif membersihkan badan kita. Berapa besar tekanan tersebut? Tanyakan pada Arsitek, atau tanyakan pada Mbah Google.
  • Kalau Anda memakai pompa listrik dari sumur air tanah, pastikan bahwa listrik di rumah Anda cukup bisa diandalkan. Jangan pakai Shower kalau listrik di rumah Anda sering padam.
  • Kalau Anda tetap ingin pakai Shower meski aliran PDAM kecil atau listrik di rumah Anda sering padam, Anda perlu mempunyai tangki air di atas (elevated water tank). Dengan begitu, sewaktu PDAM atau PLN sedang gangguan, masih ada air yang dapat memancar dari shower head.

Bayangkan kalau Anda terlanjur menggusur open water container dan menggantinya dengan shower, tetapi hanya mengandalkan air PDAM atau pompa listrik dari sumur air tanah, tanpa elevated water tank. Sewaktu PDAM atau PLN sedang gangguan, Anda akan kesulitan untuk mandi. Jadi ada sisi baik kamar mandi "tradisional" yang kata Inna Savova really unenjoyable . Yaitu, meski PDAM atau PLN sedang gangguan kemungkinan masih ada air di Bak Mandi. Jadi kegiatan Anda di kamar mandi tidak terganggu.

Saya juga setuju dengan Inna Savova, bahwa toilet duduk lebih nyaman dari pada squatting toilets alias toilet Jongkok. Jongkok pasti lebih melelahkan dari pada duduk. Tetapi ada sisi baik dari toilet Jongkok. Beberapa hari yang lalu acara Hitam Putih di sebuah TV menghadirkan anak-anak Ahmad Dani. Salah satu anak Ahmad Dani mengaku sering tertidur di kamar mandi, termasuk di atas toilet (tentu bukan toilet Jongkok). Bayangkan kalau dalam rumah yang terdiri dari keluarga besar hanya ada satu kamar mandi/toilet. Jelas toilet Jongkok lebih sesuai untuk kondisi ini. Saya yakin orang cenderung tidak mau berlama-lama di atas toilet jongkok. Jadi waktu tunggu antrian ke kamar mandi akan lebih pendek dari pada yang pakai toilet duduk.

Jadi sesuaikan pilihan jenis kamar mandi dan toilet Anda dengan kebutuhan dan kondisi Anda.

No comments:

Post a Comment

You can use HTML tags.