Pertengahan Januari 2014, saya ke Surabaya. Saya pernah tinggal cukup lama di Surabaya, dan banyak kuliner khas Jawa Timur yang saya sukai. Namun waktu itu saya tidak terlalu berharap akan dapat menikmati Semanggi Suroboyo. Nama Semanggi Suroboyo tidak cukup familiar dalam ingatan saya. Saya lebih kenal nama-nama kuliner Jawa Timur seperti Tahu Campur, Pecel Madiun, Tahu tek, Soto Sulung, Rujak Cingur, Lontong Kikil, Sate Kelopo, Rawon (termasuk Rawon Setan :) ) dll., Kuliner-kuliner seperti itu sudah banyak kita jumpai di luar Jawa Timur, sedangkan Semanggi Suroboyo sepertinya hanya ada di Surabaya.
Tetapi, siang itu sewaktu sedang jalan di komplek dosen ITS di daerah Sukolilo, saya mendengar suara "Semanggiiiiiiiiiiii......!". Suara itu datang dari seorang ibu gemuk dengan barang bawaan di punggung dan di atas kepalanya. Saya jadi ingat ke masa entah berapa tahun yang lalu saya terakhit menyantap Semanggi Suroboyo. Saya tidak ingin menyianyiakan kesempatan menikmati kuliner khas Surabaya ini.
Kebetulan saya sedang berada dekat sebuah pos Satpam yang sedang kosong. Saya memanggil ibu penjual Semanggi Suroboyo itu. Tetapi penjual Semanggi itu malah bilang:"Nanti dulu, ya Mas?", dan menghampiri pintu pagar sebuah rumah di depan Pos Satpam, dan berteriak lagi "Semanggiiiiiiiiiiii......!". Kemudian seorang perempuan keluar dari rumah itu, membawa sebuah piring. Ibu penjual semanggi itu, lalu membuatkan Semanggi untuk perempuan itu. Rupanya dia adalah pelanggan tetap. Jadi saya harus menunggu setelah Ibu penjual semanggi selesai melayaninya.
Siang itu saya menikmati "sepincuk" semanggi di emperan sebuah pos Satpam. Saya sempat agak kebingungan, karena ibu penjual Semanggi tidak punya sendok. Akhirnya saya coba menggunakan kerupuk yang disajikan di Semanggi ini, menjadi "sendok". Meski canggung, akhirnya saya berhasil juga menghabiskan "sepincuk" semanggi ini memakai "sendok" berupa pecahan kerupuk :)
Bagi yang belum kenal Semanggi Suroboyo, saya gambarkan bahwa makanan ini bahan utamanya adalah daun semanggi ditambah sayuran lain. (Saya sendiri tidak tahu, bagaimana bentuk pohon Semanggi, dan apa nama/sebutannya dalam bahasa daerah lain. Disajikan dengan bumbu yang mirip bumbu pecel, tapi rasanya beda dengan bumbu pecel, semuanya sayuran, tidak pakai nasi atau lontong. Semanggi hampir selalu disajikan di atas daun (dalam bahasa Surabaya disebut "pincuk") dan selalu dilengkapi kerupuk berukuran besar.
Mengapa Semanggi Suroboyo. sulit dijumpai di luar Surabaya? Saya pernah mendengar bahwa daun semanggi untuk bahan baku Semanggi Suroboyo sekarang semakin susah diperoleh, bahkan di Surabaya sendiri. Saya juga tidak tahu apakah Semanggi merupakan tanaman yang ada kebunnya atau tanaman liar. Tetapi saya tidak yakin, bahwa kelangkaan daun semanggi jadi penyebab Semanggi Suroboyo sulit dijumpai. Justru saya menduga bahwa tidak atau belum banyak orang yang mengenal dan menggemari Semanggi Suroboyo. Kalau banyak orang yang gemar dengan Semanggi Suroboyo, tentu akan banyak yang mau menanam daun semanggi. Saya jug amenduga, Semanggi kurang populer karena dianggap kurang bergengsi atau kurang hygenis. Saya belum pernah menjumpai semanggi di rumah makan atau warung. Sejauh yang saya tahu, Semanggi selalu dijual/dijajakan oleh Ibu-ibu yang berjalan menyusuri pemukiman.
Semoga kuliner khas Surabaya ini tidak punah. Mudah-mudahan ada Arek Suroboyo yang berinisitif menyajikan Semanggi Suroboyo secara lebih hygenis.
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.