Saya yakin, Made dan yang menulis di Twitter di atas hanya sebagian kecil dari yang merasa terganggu dengan kegiatan menghabiskan sisa anggaran di akhir tahun ini. Kita semua tahu, di tiap akhir tahun umumnya curah hujan meningkat. Tanah bekas galian membuat aspal jalan jadi licin, sehingga rawan kecelakaan.
Galian PDAM (dari viva.co.id) |
Apakah pihak yang melaksanakan pekerjaan tidak merasa terganggu karena harus bekerja di bawah cuaca yang tidak mendukung ini? Tentu saja mereka menghadapi tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari pada kalau bekerja di luar musim hujan. Tentu biayanya juga lebih tinggi dari pada biaya yang diperlukan kalau dikerjakan di luar musim hujan. Tetapi saya yakin juga bahwa para pelaksana pekerjaan (baca: Kontraktor) sudah memperhitungkan biaya ini dalam biaya yang mereka ajukan kepada pemerintah. Jadi sebenarnya negara mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak perlu. Yang semestinya bisa dipakai untuk membiayai hal-hal lain yang diperlukan.
Tapi ,...nanti dulu... Betulkah andai bisa dihemat akan ada dana bisa dipakai untuk membiayai hal-hal lain yang masih diperlukan? Sepertinya tidak demikian. Karena dengan sistem anggaran tradisional ada logika yang terlanjur tertanam dibenak mereka yang menganut sistem ini . Yaitu:
- Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yang diajukan dan bukan berdasarkan pada pertimbangan output yang dihasilkan .
- Adanya sisa anggaran lebih sering dinilai sebagai kegagalan ketimbang sebuah penghematan.
- Yang terungkap dalam laporan keuangan hanyalah realisasi pelaksanaan anggaran.Prestasi di balik realisasi tersebut cenderung terabaikan.
Jadi tahun depan Made, saya dan Anda mungkin masih akan menjumpai gangguan-gangguan akibat kegiatan menghabiskan sisa anggaran di akhir tahun semacam ini.
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.