Sunday, November 17, 2013

Ketika Musim Proyek Tiba

Dua hari yang lalu, saya baca posting Made, teman saya di Facebook. "Ūđåћ hujan byk galian serem aj mobil gw kejeblos mana jln sempit byk motor pula..". Kemudian, di Twitter juga ada kicaua: "Mulai banyak galian dimana2. Meeting dan training dadakan. Negara yang lagi sibuk ngabisin budget 2013........trotoar, jembatan2, tembok2 semua di Cat. Bahu-membahu tutup buku :).  Tulisan-tulisan di Facebook dan Twitter itu membuat saya teringat posting lama saya di tahun 2007,  "December effect"  .  Di posting itu saya mengkritisi kegiatan menghabiskan sisa anggaran yang terus berulang setiap akhir tahun, yang dilakukan demi mematuhi sebuah sistem. 
Saya yakin, Made dan yang  menulis di Twitter di atas hanya sebagian kecil dari yang merasa terganggu dengan kegiatan menghabiskan sisa anggaran di akhir tahun ini. Kita semua tahu, di tiap akhir tahun umumnya curah hujan meningkat. Tanah bekas galian membuat aspal jalan jadi licin, sehingga rawan kecelakaan. 
Galian PDAM (dari viva.co.id)

Apakah pihak yang melaksanakan pekerjaan tidak merasa terganggu karena harus bekerja di bawah cuaca yang tidak mendukung ini? Tentu saja mereka menghadapi tingkat kesulitan yang  lebih tinggi dari pada kalau bekerja di luar musim hujan. Tentu biayanya juga lebih tinggi dari pada biaya yang diperlukan kalau dikerjakan di luar musim hujan. Tetapi saya yakin juga bahwa para pelaksana pekerjaan (baca: Kontraktor) sudah memperhitungkan biaya ini dalam biaya yang mereka ajukan kepada pemerintah. Jadi sebenarnya negara mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak perlu. Yang semestinya bisa dipakai untuk membiayai hal-hal lain yang diperlukan.
Tapi ,...nanti dulu... Betulkah andai bisa dihemat akan ada dana bisa dipakai untuk membiayai hal-hal lain yang masih diperlukan? Sepertinya tidak demikian. Karena dengan sistem anggaran tradisional ada logika yang terlanjur tertanam dibenak mereka yang menganut sistem ini . Yaitu: 

  1. Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yang diajukan dan bukan berdasarkan pada pertimbangan output yang dihasilkan .
  2. Adanya sisa anggaran lebih sering dinilai sebagai kegagalan ketimbang sebuah penghematan.
  3. Yang terungkap dalam laporan keuangan hanyalah realisasi pelaksanaan anggaran.Prestasi di balik realisasi tersebut cenderung terabaikan.

Jadi tahun depan Made, saya dan Anda mungkin masih akan menjumpai  gangguan-gangguan akibat  kegiatan menghabiskan sisa anggaran di akhir tahun semacam ini.

No comments:

Post a Comment

You can use HTML tags.