Hari itu 30 September 2007. Kopaja S614 sudah hampir melewati rumah adik sepupu saya di Jalan Antasari Jaksel, tetapi kondektur belum juga mengembalikan uang kembalian saya sebesar delapan ribu rupiah.
Saya berjalan ke pintu belakang, hendak meminta uang kembalian, sekaligus turun dari Kopaja. Sebelum saya bicara, kondektur sudah mengetuk-ngetuk pintu, memberi isyarat agar Kopaja berhenti.
"Kembaliannya." kata saya. Kondektur tampak kaget, lalu menyerahkan tiga lembar uang ribuan.
"Sepuluh ribu!" kata saya mengingatkan, bahwa tadi saya membayar dengan uang sepuluh ribu, bukan lima ribu rupiah. Kondektur menambahkan lima ribuan. Sementara Kopaja yang sempat berhenti, sekarang kembali melaju.
"Berhenti, dong!" kata saya.
Saya dengar kondektur menggerutu: "Nggak dari tadi!!??"
"Situ yang nggak mau ngasih kembalian dari tadi!!!" jawab saya dengan nada tinggi.
Dengan bersungut, kondektur memberi isyarat supaya Kopaja berhenti.
Saya turun dari Kopaja juga dengan bersungut. Ada rasa dongkol, ada juga rasa bangga karena bisa memenangkan debat atau pertengkaran kecil dengan kondektur.
Ooopss....! Menang debat sama kondektur, koq bangga!? Padahal saya sedang berpuasa.... Janji Tuhan memberi nilai berlipat ganda bagi kebajikan di bulan Ramadhan gagal saya manfaatkan sebagai leverage. Padahal baru kemarin saya menyimak Rene S. Canoneo membicarakan pentingnya leverage. Ternyata saya cuma baru bisa menyimak dan menghafal, bukan melakukan dan mengambil manfaat.
....saya memang mendapatkan uang kembalian delapan ribu rupiah yang menjadi hak saya. Saya juga berhasil memenangkan perdebatan. Tapi ternyata saya hanya "win the argument but loose the Ramadhan...." :-(
Gambar diambil dari http://th165.photobucket.com/albums/u72/mlswarriors/th_leverage.jpg
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.