Saya pernah membaca di sebuah media on line anjuran agar tidak memilih tempat duduk di dekat jendela (Window Seat). Alasannya, penumpang yang tempat duduknya di dekat jendela (Window Seat), cenderung kurang bergerak. Kurang bergerak dalam penerbangan yang panjang, menurut penulis di media on line tersebut, kurang baik bagi kesehatan. Penumpang yang tempat duduknya di dekat jendela (Window Seat) memang tidak leluasa untuk berjalan (ke toilet, misalnya), karena harus melewati dua penumpang lain.
Meskipun begitu, saya selalu memilih tempat duduk di dekat jendela (Window Seat). Ini karena biasanya penerbangan saya hanya penerbangan domestik yang waktunya tidak terlalu lama. Selain itu, saya biasanya ke toilet dulu sebelum waktu boarding. Saya tidak suka memakai toilet di pesawat terbang yang sempit itu, apalagi sewaktu pesawat sedang terguncang karena terbang dalam cuaca kurang baik.
Dengan duduk di dekat jendela (Window Seat), saya bisa leluasa melihat keluar pesawat. Saya suka menikamati pemandangan melalui jendela pesawat, terutama saat take off dan landing. Selain di waktu take off dan landing, pemandangan di luar pesawat memang agak membosankan, karena hanya tampak langit dan awan. Meskipun begitu, kadang-kadang tampak puncak-puncak gunung yang muncul di antara awan. Tidak jarang juga, cahaya matahari senja yang menembus awan membentuk bayangan dan warna yang sangat indah. Kalaupun tidak ada pemadangan yang menarik, dengan duduk di dekat jendela (Window Seat), saya bisa leluasa tidur tanpa terganggu penumpang yang lewat.
Sejauh ini, saya hampir selalu mendapatkan tempat duduk di dekat jendela (Window Seat). Tetapi waktu saya akan berangkat ke Semarang, Kamis 26 Juli 2012 kemarin, petugas check in Garuda Indonesia di Soekarno Hatta mengatakan, semua Window Seat dan juga Aisle (di gang) sudah penuh.
"Masih pagi, koq sudah penuh?!" saya bertanya heran, karena waktu itu masih jam 06:40, sedangkan pesawat berangkat jam 07:50. Petugas check in Garuda menjawab, sudah banyak penumpang yang check in. Dia menyebut sebuah angka. Saya lupa berapa.
Akhirnya saya dapat tempat duduk nomor 7B. Tempat duduk yang di dekat jendela (Window Seat) ditempati seorang penumpang laki-laki, yang sepertinya sedang sakit flu. Sering terdengar suara khas seperti sedang menahan sesuatu di rongga hidungnya. Mudah-mudahan saya dan penumpang lain tidak ketularan.
Saya menduga, hari itu saya tidak kebagian tempat duduk di dekat jendela (Window Seat), karena ini bulan Ramadhan, banyak penumpang yang berangkat lebih pagi. Mungkin langsung berangkat setelah Sahur dan salat Subuh. Atau mungkin juga makin banyak penumpang yang memanfaatkan fasilitas city chek in. Meskipun sudah sering naik Garuda, saya belum pernah menggunakan fasilitas city chek in. Saya akan menggunakannya pada waktu yang akan datang.
nice share gan... emang kebanyakan para penumpang lupa aka city check in nya... di tunggu updatetannya gan
ReplyDeleteThanks atas comment-nya, Gan. Iya nih. sdh lama nggak bikin posting. Lagi kena penyakit malas.
DeleteSalam