Saya tidak menyangka ada pilot Citilink yang mabuk sewaktu akan menerbangkan pesawat. Menurut saya, pesawat Citilink merupakan satu di antara yang mendaratnya selalu halus. (Pesawat lain yang mendaratnya juga selalu halus adalah Sriwijaya Air. Tetapi saya tidak sering naik Sriwijaya Air, karena jadwal saya sering tidak pas dengan jadwal penerbangan Sriwijaya Air). Jadi saya mengganggap, kemahiran pilot Citilink dan pilot Sriwijaya Air dalam menerbangkan pesawat adalah di atas kemahiran pilot pilot maskapai yang lain, sehingga kita layak mempercayakan keselamatan penerbangan kita pada mereka.
Citilink adalah maskapai penerbangan yang paling sering saya gunakan. Yang membuat saya cenderung memilih Citilink antara lain karena beberapa rute Citilink mendarat dan tinggal landas di bandara Halim Perdanakusuma. Karena kantor dan tempat tinggal saya di bagian selatan Jakarta, maka Halim Perdanakusuma lebih dekat dari pada bandara Soekarno Hatta.
Di samping itu, Citilink termasuk tepat waktu dan jarang delay. Hal lain yang membuat saya memilih Citilink adalah pesawatnya buatan Airbus. Maskapai lain umumnya memakai pesawat buatan Boing. Apa istimewanya Airbus dibandingkan Boing? Saya tidak tahu. Ini hanya karena saya suka yang beda, he he he....
Meskipun demikian, ada juga yang saya tidak suka dari Citilink. Yaitu, pintu/gate keberangkatan sering berubah dari yang ditulis di boarding pass. Setelah penumpang menunggu cukup lama di Gate 3, misalnya, tiba-tiba penumpang diminta masuk ke pesawat melalui Gate yang lain. Tidak jarang Gate tersebut berjauhan letaknya.
Sesudah kasus pilot Citilink yang mabuk ini, apakah Citilink masih layak jadi pilihan?
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.