Di pidato Jokowi menyebutkan "Bipang Ambawang". Kalau kita mengetik kata "Bipang Ambawang" di mesin pencari di internet, yang muncul adalah nama rumah makan yang berlokasi di Ambawang, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Di Google disebutkan, Kata "Bipang" di sini adalah singkatan dari Babi Panggang. Gambar di bawah ini adalah penampakan Bipang Ambawang (dari https://lifestyle.okezone.com/read/2021/05/08/298/2407708/ini-dia-bipang-ambawang-makanan-khas-kalimantan-yang-ramai-dibahas-di-medsos).
Seperti ingin mengatakan bahwa "Bipang Ambawang" bukanlah babi panggang, Fadjroel Rachman, Juru Bicara Presiden menulis di akun Twitternya @fadrjoeL pada Sabtu, 8 Mei 2021: "Ini Bipang (atau Bepang atau Jipang) yang saya kenal di kampung saya Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bipang Kalimantan makanan dari beras dengan gula, makanan saya dari kecil hingga sekarang kalau pulang kampung. Idul Fitri 1442 H ini #TidakMudik lagi ~ #BungFADJROEL #Bipang," . Tetapi di Google tidak muncul "Bipang Ambawang" yang merujuk ke makanan yang menurut Fadjroel Rachman adalah jajanan yang terbuat dari beras dan berasal dari Kalimantan Selatan.
Di Tweeter Bung Fajroel Rachman mengatakan bahwa beliau berasal dari Kalimantan Selatan. Karena itu saya perlu mengatakan bahwa saya cukup lama tinggal di Kalimantan Selatan. Ada daerah di Kalimantan Selatan yang memang bernama mirip dengan Ambawang, yaitu Pantai Hambawang, tetapi setahu saya, Pantai Hambawang bukan penghasil jajanan bernama Bipang atau Bepang atau Jipang yang kata Bung Fajroel Rachman terbuat dari beras dengan gula.
Berbeda dengan Fajroel Rachman, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin tidak membantah bahwa "Bipang Ambawang" yang disebut Presiden Joko Widodo adalah memang babi panggang. Tetapi Ali Mochtar Ngabalin mempertanyakan, "Apa yang salah dari pernyataan Jokowi soal Bi-Pang? Bukankah beliau bapak dari seluruh suku dan agama di negeri ini. Semua punya makanan khas yang bermacam-macam. Kalau beliau memperkenalkan makanan khas tertentu kenapa nggak boleh? Apa karena soal mudik lebaran?" . Jadi meskipun membenarkan bahwa Bipang ini adalah babi panggang, Ali Mochtar Ngabalin seperti mengabaikan kalimat pertama Jokowi: "Sebentar lagi Lebaran...", dan membelokkan konteks hari Lebaran yang merupakan sinonim hari Idul Fitri-hari besar Umat Islam menjadi konteks hanya memperkenalkan makanan khas daerah.
Di samping tweet dari Fajroel Rachman dan Ali Mochtar Ngabalin, sejumlah Tweet (mungkin dari para buzzer) yang terkesan membabi buta membela ajakan Jokowi untuk membeli Bipang Ambawang juga beredar di internet. Padahal tidak akan ada risiko apapun terhadap reputasi Jokowi kalau Juru bicara Presiden, atau pihak Tim Komunikasi Presiden atau Pak Jokowi sendiri mau mengakui adanya kekeliruan, dan bahwa Bipang atau babi panggang Ambawang itu seharusnya tidak muncul dalam pidato Presiden yang konteks nya jelas adalah hari Lebaran - Hari Idul Fitri- hari besar Umat Islam. Jokowi bahkan akan dihargai dan dihormati sebagai seorang yang pemimpin yang rendah hati dan mau mengakui kekeliruannya. Membela secara membabi buta dan memposisikan Jokowi sebagai can do no wrong justru kontra produktif. Bukankah Jokowi sendiri yang beberapa kali mengatakan minta dikritik?
Untunglah ada pernyataan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi meminta maaf atas pernyataan Presiden Joko Widodo tersebut.: "Kami dari Kementerian Perdagangan selaku penanggungjawab acara itu sekali lagi memastikan tidak ada maksud apapun dari pernyataan bapak Presiden. Kami mohon maaf sebesar-besarnya bila terjadi kesalahpahaman karena niat kami hanya ingin agar kita semua bangga terhadap produksi dalam negeri termasuk kuliner khas daerah." . Pernyataan Muhammad Luthfi ini diapresiasi oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia Cholil Nafis:"Ya baiknya begitu, minta maaf kalau salah daripada membelanya tak karuan bikin polemik saat akhir Ramadan. Mari teladani pemimpin yang baik dan meminta maaf saat teledor,"
Mudah mudahan kalimat Pak Cholil Nafis: "Mari teladani pemimpin yang baik dan meminta maaf saat teledor," didengar oleh Juru bicara Presiden, Tim Komunikasi Presiden atau Pak Jokowi sendiri....
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.