Tuesday, January 29, 2008

Memaafkan dan Mendoakan Tanpa Melupakan Soeharto

Those who refuse to learn from history are condemned to repeat it.” (George Santayana)

Pada hari pemakamaman mantan Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung almarhum , menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia atas semua kesalahan selama ayahnya berkuasa hingga meninggal dunia. Permintaan maaf Mbak Tutut diliput oleh berbagai media.

Berita tentang Pak Harto memang sangat mendominasi media. Ketua Fraksi FKB Effendy Choirie mengatakan pemberitaan prosesi pemakaman ini berlebihan. Akibatnya, kata Effendy, meninggalnya M. Jusuf Ronodipuro, pembaca naskah proklamasi di Radio Republik Indonesia (RRI) pada masa Jepang itu justru tenggelam. Jusuf meninggal dunia pada Minggu malam, sehari setelah Pak Harto.

Sebelum Mbak Tutut memintakan maaf, pada hari-hari menjelang Pak Harto tutup usia, himbauan untuk memaafkan Pak Harto sudah beredar di banyak media. Himbauan tersebut bahkan datang dari orang-orang yang di masa lalu bertentangan dengannya.


Ali Sadikin mendoakan agar mantan Presiden Soeharto yang saat itu sedang sakit cepat sembuh. "Saya datang sebagai teman walaupun berbeda pandangan," ujar Ali Sadikin usai menjenguk Pak Harto di RS Pusat Pertamina.

Amin Rais mengatakan, dia memang berseberangan dengan Soeharto di masa lalu. Tetapi Sebagai umat muslim ia wajib melayat dan sholat jenasah. “Kita harus berbesar jiwa dan bersama-sama mendoakan Pak Harto.”ujarnya.

AM Fatwa yang sempat dipenjara pada masa Soeharto mengatakan: "Apapun kekhilafannya, beliau sebagai manusia dan pemimpin sangat besar jasa-jasanya. Sebagai pribadi saya memaafkan tapi sebagai sistem kekuasaan itu soal lain, saya tidak ada dendam sama sekali"

Ramos Horta,
Presiden Timor Leste menyerukan kepada seluruh rakyatnya untuk mengampuni semua kesalahan mantan Presiden Soeharto yang (saat itu) sedang sakit dan berdoa jika meninggal arwahnya bisa diterima di sisi Tuhan. Menurut Horta, pemberian maaf itu bukan berarti melupakan kekejaman rezim Soeharto yang telah menjajah Timor Leste (dulu Timtim) selama 24 tahun.

Kebesaran hati untuk memaafkan seseorang yang telah meninggal dunia dan mendoakannya, saya kira merupakan sesuatu yang terpuji. Sayapun berdoa untuk beliau. Namun saya teringat sesuatu yang pernah disampaikan Ali Sadikin, bahwa memori sosial masyarakat Indonesia masih sangat pendek.
"Mereka cepat melupakan kesalahan masa lalu untuk kemudian mengulanginya kembali," Kalimat ini memang tidak secara khusus mengenai Pak Harto, karena disampaikan Bang Ali saat jumpa pers catatan akhir tahun 2004 Petisi 50 di kediamannya Jakarta, jauh sebelum Pak Harto meninggal.

Kita perlu menyikapi pak Harto dengan kepala dingin, jika tidak ingin tersandung untuk kedua kalinya.

2 comments:

  1. Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the TV de Plasma, I hope you enjoy. The address is http://tv-de-plasma.blogspot.com. A hug.

    ReplyDelete
  2. @ TV de Plasma
    Thank you. I like your TV de Plasma web appearance.

    Cheers

    ReplyDelete

You can use HTML tags.