Sunday, October 5, 2008

Ketika Setetes Melamin Merusak Susu Sebelanga

Cina kembali dituding memproduksi bahan berbahaya. Sebelum kasus susu melamin, telah muncul kasus zat beracun pada pewarna mainan anak-anak dan ditemukannya bahan kimia berbahaya pada sikat gigi yang dibuat di Cina. Mencampur melamin supaya kandungan protein susu seolah lebih tinggi dapat dianggap praktek dagang yang tidak etis. Pihak Cina mengakui kasus ini sebagai permasalahan dalam kontrol kualitas.

Pengakuan adanya kelemahan kontrol kualitas paling tidak bisa sedikit mengalihkan dan melunakkan tudingan praktek mencari keuntungan secara tidak etis. Andai tidak diakui sebagai kelemahan kontrol kualitas mungkin dunia akan mempertanyakan daya tarik Cina sebagai tujuan investasi. Apakah biaya produksi yang rendah cukup memberikan keuntungan yang wajar agar pengusaha-pengusaha di Cina tidak mudah tergoda praktek mencari keuntungan dengan cara tidak etis? Apakah biaya tenaga kerja yang begitu murah memang didukung oleh fasilitas dan sarana kerja yang cukup manusiawi? Apakah......

Praktek mencari keuntungan dengan cara semacam itu tetap saja tidak etis, meskipun di negeri komunis berwajah kapitalis seperti Cina. Bagaimana di negeri kita yang Pancasila ini? Tampaknya sebagian pengusaha-pengusaha kita juga tidak cukup etis dalam mencari keuntungan. Tentu kita masih belum lupa tentang formalin dalam tahu dan ikan, baso borax, beras berpemutih, daging glonggongan, makanan dengan bahan pewarna tekstil, air mineral kemasan palsu, obat palsu, kosmetik palsu dan lain-lain. Hanya karena produk-produk tersebut bukan untuk ekspor, maka kasusnya tidak seheboh susu melamin Cina.

Apakah persaingan usaha di negeri kita telah begitu keras dan sengit, sehingga hampir segala cara ditempuh?

No comments:

Post a Comment

You can use HTML tags.