Tuesday, February 15, 2011

To Give or Not To Give

Minggu malam, 13 Feb 11, jam 21:30, saya sedang dalam perjalanan pulang. Taksi yang saya naiki berhenti ketika traffic light di persimpangan Mal Pondok Indah menyala merah. Dari kaca jendela taksi, saya lihat seorang pengamen menghampiri. Pengamen ini seorang remaja perempuan. Usianya kira-kira sekitar 15 tahun. Masih lekat di pikiran saya, ketika anak itu mengangguk sopan (sangat sopan) sebelum mulai memainkan gitar kecilnya. Sampai sekarang saya masih bisa mengingat ekspresi wajah kecewanya, ketika saya menolaknya menyanyi.

Ya, saya memang belajar tega terhadap anak jalanan dan pengemis. Namun tetap saja tidak mudah. Apa salahnya merasa iba pada anak perempuan seusia dia yang masih berada di jalanan hingga malam begini? Saya merasa bersalah tidak memberinya sekedar uang receh. Uang receh yang tidak ada artinya dibanding argometer taksi yang akan saya bayar, yang hanya sekian persen dari harga santap malam yang tadi saya nikmati.

Namun, saya juga akan merasa bersalah andai saya memberinya uang receh. Uang receh otu bukan hanya tak cukup untuk untuk menghentikan dia dari mengamen,.... uang receh itu mungkin justru akan membuat anak-anak seperti dia tetap mengamen dan berada di jalanan hingga larut malam.

No comments:

Post a Comment

You can use HTML tags.