Tanggal 11 Maret baru saja lewat. Entah SUPERSEMAR benar-benar hilang atau memang tidak pernah ada, saya kira Tun Ghazali Shafie termasuk yang gembira dengan perubahan-perubahan politik yang ditimbulkan oleh SUPERSEMAR.
Harian Malaysia, The Star, Februari lalu memuat artikel yang bersumber dari eks dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat. Setelah kembali ke Jakarta, saya cari artikel The Star itu via Google. Baru kemarin ketemu. Bukan di web The Star, tetapi di web US Department of State dan Kerry B Collison
Diungkapkan bahwa, tahun 1964 Tun Ghazali Shafie pernah meminta Amerika Serikat mendukung sebuah rencana untuk melawan dan mengakhiri Operasi Ganyang Malaysia. Singkatnya, Malaysia akan melakukan pendekatan agar sejumlah daerah luar Jawa (Sumatera dan Sulawesi) berpaling dari Jakarta. Kemudian akan dibentuk sebuah negara serikat yang merupakan gabungan wilayah Indonesia dan Malaysia. Argumen Tun Ghazali Shafie cukup kuat. Yaitu bahaya komunis yang makin berpengaruh di Indonesia. Andai terwujud, negara serikat itu luasnya mungkin hampir sama dengan Majapahit. Apakah Tun Ghazali Shafie terinspirasi Sumpah Palapa Gajah Mada?
"......Ghazali's preferred solution to the whole problem emerged as requiring change in the nature of the Indonesian Government, authority being returned to the people of the individual islands, the central government in Djakarta being removed or downgraded as the source of power, and a federal system like that in the United States or Malaysia being installed. If such a system were developed, according to Ghazali, Malaysia would be willing to be a part of it, and this in his view would be the only way of keeping Communism out of the area......" demikian ditulis di web US Department of State
Namun entah mengapa AS tidak memberi dukungan. Mungkin sedang kerepotan di Vietnam. Mungkin juga mereka sudah tahu bahwa akan segera muncul SUPERSEMAR, dan pemerintahan Soekarno segera berakhir. Penulis artikel The Star meragukan keberhasilan rencana itu dan mempertanyakan : Jika mereka (daerah) tidak mau dibawah pemerintahan Jakarta, dengan alasan apa mereka mau dibawah pemerintahan Kualalumpur?
Menyusul beralihnya kepemimpinan republik ini kepada "pengemban SUPERSEMAR", berakhir pula konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Kini, hubungan kedua negara yang pernah jadi seperti dua sahabat baik seusai konfrontasi itu, banyak mengalami ujian. Malaysia memang tidak berhasil mempengaruhi Sumatera dan Sulawesi, namun lebih 30 tahun kemudian, berhasil mendapatkan pulau Sipadan, dan pulau Ligitan. Pulau Ambalat pun hampir menjadi bagian wilayahnya.Belum lagi persoalan TKI, patok perbatasan yang bergeser, dan klaim hak paten batik oleh Malaysia.
Harian Malaysia, The Star, Februari lalu memuat artikel yang bersumber dari eks dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat. Setelah kembali ke Jakarta, saya cari artikel The Star itu via Google. Baru kemarin ketemu. Bukan di web The Star, tetapi di web US Department of State dan Kerry B Collison
Diungkapkan bahwa, tahun 1964 Tun Ghazali Shafie pernah meminta Amerika Serikat mendukung sebuah rencana untuk melawan dan mengakhiri Operasi Ganyang Malaysia. Singkatnya, Malaysia akan melakukan pendekatan agar sejumlah daerah luar Jawa (Sumatera dan Sulawesi) berpaling dari Jakarta. Kemudian akan dibentuk sebuah negara serikat yang merupakan gabungan wilayah Indonesia dan Malaysia. Argumen Tun Ghazali Shafie cukup kuat. Yaitu bahaya komunis yang makin berpengaruh di Indonesia. Andai terwujud, negara serikat itu luasnya mungkin hampir sama dengan Majapahit. Apakah Tun Ghazali Shafie terinspirasi Sumpah Palapa Gajah Mada?
"......Ghazali's preferred solution to the whole problem emerged as requiring change in the nature of the Indonesian Government, authority being returned to the people of the individual islands, the central government in Djakarta being removed or downgraded as the source of power, and a federal system like that in the United States or Malaysia being installed. If such a system were developed, according to Ghazali, Malaysia would be willing to be a part of it, and this in his view would be the only way of keeping Communism out of the area......" demikian ditulis di web US Department of State
Namun entah mengapa AS tidak memberi dukungan. Mungkin sedang kerepotan di Vietnam. Mungkin juga mereka sudah tahu bahwa akan segera muncul SUPERSEMAR, dan pemerintahan Soekarno segera berakhir. Penulis artikel The Star meragukan keberhasilan rencana itu dan mempertanyakan : Jika mereka (daerah) tidak mau dibawah pemerintahan Jakarta, dengan alasan apa mereka mau dibawah pemerintahan Kualalumpur?
Menyusul beralihnya kepemimpinan republik ini kepada "pengemban SUPERSEMAR", berakhir pula konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Kini, hubungan kedua negara yang pernah jadi seperti dua sahabat baik seusai konfrontasi itu, banyak mengalami ujian. Malaysia memang tidak berhasil mempengaruhi Sumatera dan Sulawesi, namun lebih 30 tahun kemudian, berhasil mendapatkan pulau Sipadan, dan pulau Ligitan. Pulau Ambalat pun hampir menjadi bagian wilayahnya.Belum lagi persoalan TKI, patok perbatasan yang bergeser, dan klaim hak paten batik oleh Malaysia.
hmmm.. baru tahu sejarahnya kalo dulu Malaysia pernah minta tolong sama Amerika.. tapi emang bener analisa mereka apa untungnya bagi daerah untuk ikut dibawah kl? :D
ReplyDeletegreat posting.
Salam kenal.
Thank's Mas Joni.
ReplyDeleteSalam kenal juga