Jumat 4 Februari '11, Khatib di mesjid dekat kantor saya mengatakan bahwa dia yakin gerakan massa yang saat ini mengancam pemerintahan Husni Mubarak adalah jawaban doa rakyat Mesir dan Palestina yang dizalimi pemerintahan Husni Mubarak. Beliau juga mengulas keruntuhan rezim-rezim di Mesir termasuk Firaun, dan Raja Farouk. Khatib mengatakan bahwa Tuhan selalu mengabulkan doa orang-orang yang terzalimi.
Saya tidak ragu bahwa Tuhan selalu mengabulkan doa orang-orang yang terzalimi. Yang saya khawatirkan adalah jika mereka yang merasa terzalimi cenderung mendoakan agar hal-hal buruk menimpa pemerintahan atau pemimpin yang sedang berkuasa. Seperti diceritakan khatib, seorang pemimpin pergerakan Mesir yang ditembak atas perintah Raja Farouk berdoa; "Semoga Allah merobek-robek kerajaanmu". Konon, tak lama setelah itu kerajaan Mesir runtuh dan Mesir menjadi republik.
Tentu wajar jika kaum yang terzalimi membenci penguasa yang menzaliminya. Wajar pula (dan cukup manusiawi) jika kebencian itu mewarnai atau bahkan mendominasi doa yang mereka panjatkan. Namun ketika doa itu terkabul, betapa mahal ongkos pergantian sebuah rezim yang ditempuh melalu jalan kekerasan dan pertumpahan darah. Berita di detiknews mengatakan bahwa kerusuhan di Mesir telah menimbulkan kerugian ekonomi sekitar Rp 3 trilyun perhari. Belum lagi korban jiwa manusia.
Ada argumen bahwa "Power tend to corrupt". Namun, terlalu percaya dengan argumen tersebut tidak kalah bahayanya dengan korupsi itu sendiri. Jika kita terlalu percaya bahwa "Power tend to corrupt", maka seolah kita membantu mewujudkan bahwa pihak yang berkuasa akan korup (efek "self fullfiling propecy").
Penguasa atau pemimpin adalah pihak yang mempunyai leverage lebih besar dari yang dipimpinnya. Tentu kita berharap leverage tersebut digunakan untuk hal hal yang membawa kebaikan dan kemajuan.
Jadi jika kita percaya bahwa Tuhan berkenan mengabulkan doa, mengapa tidak berdoa agar Tuhan selalu membimbing pemimpin kita dalam menjalankan pemerintahan? Agar Tuhan segera mengingatkannya ketika berbuat kekeliruan? Agar Tuhan menghadirkan lebih banyak calon-calon pemimpin yang lebih baik untuk menggantikannya? Dan tak kalah penting, agar kita dibimbing untuk dapat memilih pemimpin yang terbaik di antara yang baik-baik?
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.