Sekitar tahun 2000, seorang Satpam di kantor saya mengeluh : "Buat apa sih pake reformasi reformasi segala?! Apa apa jadi mahal. Kita-kita jadi susah.". Waktu itu saya tidak setuju dan kurang senang mendengar keluhan dia. Maklum, saya sedang kena euforia reformasi. Waktu itu saya juga mengira, orang-orang yang berpendapat seperti Satpam di kantor saya ini jumlahnya tidak banyak.
Baru sekarang saya menyadari bahwa jumlah mereka tidak sedikit. Ini terlihat dari hasil survei Indo Barometer bahwa mayoritas publik menganggap Orde Baru lebih baik (40,9%) daripada Orde Reformasi sekarang ini (22,8%). Ternyata Not Every Generation Blames the One Before...
Bukankah indikator-indikator ekonomi makro menunjukkan hal-hal yang positif? Bukankah indeks IHSG meroket? Bukankah mal-mal dan tempat belanja moderen bertebaran dan selalu ramai? Bukankah sekarang kita jauh lebih bebas mengemukakan berpendapat dan bahkan mengkritik pemerintah? Bukankah ini bisa di"claim" sebagai keberhasilan reformasi dan keberhasilan pemerintahan sekarang?
Suka atau tidak suka, kita terpaksa menerima, bahwa hal-hal positif tersebut bukanlah yang jadi kebutuhan utama sebagian besar masyarakat kita (dengan asumsi hasil survei Indo Barometer itu memang benar menggambarkan kondisi yang sebenarnya).
Lalu, apa yang jadi kebutuhan utama sebagian besar masyarakat kita? Mudah-mudahan Indo Barometer segera membuat survey untuk menemukan jawabannya.
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.