Saya pernah menulis mengenai makin buruknya kondisi bus-bus Transjakarta jurusan Ragunan-Dukuh Atas dan Ragunan-Monas di posting "Basah Kuyub Dalam Bus Trans Jakarta " dan "TransJakarta (Busway): Dulu dan Kini". Untunglah mulai dua atau tiga bulan lalu sudah ada unit-unit bus Transjakarta yang baru di jalur ini. Sangatlah patut Transjakarta mendapatkan apresiasi atas usahanya meningkatkan pelayanan kepada pengguna transportasi umum di Jakarta. Lebih dari itu, setiap usaha memperbaiki fasilitas dan layanan patut didukung dan diapresiasi oleh pemerintah dan kita semua, mengingat dampak nya yang positif pada pengurangan kemacetan, konsumsi Bahan Bakar, dan polusi, serta multiplier effects nya pada tingkat nasional.
Namun ada hal yang saya ingin kritisi mengenai unit-unit bus Transjakarta yang baru ini.
Suatu pagi, sekitar dua atau tiga bulan lalu, untuk pertama kalinya saya lihat ada Bis berwarna biru yang mirip sekali dengan APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus TransJakarta) di jalur Busway Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan . Sebelumnya Bis APTB warna biru seperti ini hanya saya jumpai di di jalur Busway Jalan Sudirman dan Gatot Subroto . Setelah Bis berwarna biru itu tiba di Halte, saya baca di dinding samping Bus ada tulisan TransJabodetabek, dan di kaca depan ada tulisan Trisakti. Tulisan , bentuk dan warna bus ini menyebabkan saya dan beberapa orang yang sedang menunggu di Halte ini makin yakin, bus ini adalah APTB dengan jurusan ke arah Universitas Trisakti. Karena Bus yang kami tunggu adalah Transjakarta jurusan Dukuh Atas atau ke Monas, yang selama ini berwarna kelabu, maka kami tidak naik ke Bus biru ini.
Belakangan baru kami tahu bahwa Bis berwarna biru yang mirip APTB ini adalah bus Transjakarta yang baru, jurusan Ragunan-Dukuh Atas dan Ragunan-Monas. Sayang sekali pihak transjakarta tidak memberikan informasi mengenai bus Transjakarta yang baru ini. Warna biru dan bentuk bis yang sangat mirip APTB, serta tulisan Trisakti di kaca depan membuat Bis ini tidak bisa langsung dikenali sebagai bus Transjakarta.
Saya tidak mengerti mengapa pihak Transjakarta tidak memberikan informasi di Halte-halte Busway mengenai beroperasinya unit-unit bis baru ini? Tak ada spanduk/banner ataupun tulisan pemberitahuan di Halte-halte. Berbeda sekali sewaktu pihak TransJakarta akan menerapkan pembayaran non tunai (e-ticket). Pada waktu itu banyak sekali spanduk/banner yang dipasang di Halte-halte
Saya juga tidak mengerti mengapa pihak Transjakarta memilih unit-unit bis baru ini yang hanya memiliki satu pintu di sisi kiri dan satu pintu di sisi kanan? Penumpang Unit-unit bis baru ini lebih sulit untuk masuk / keluar bus dibandingkan dengan bus-bus Transjakarta yang lama yang memiliki dua pintu di sisi kiri dan dua pintu di sisi kanan. Penumpang yang berada di belakang sangat kesulitan untuk turun/keluar , apabila bus dalam keadaan penuh. Silakan anda perhatikan, sering kali bagian di belakang kosong, sementara bagian tengah (dekat pintu) penuh sesak, karena penumpang tidak ingin berada di bagian yang jauh dari pintu, kecuali penumpang yang menuju halte terakhir. Di samping itu, ketika berhenti di halte, pintu bus yang hanya satu ini bisa saja bertepatan dengan satu di antara dua atau bahkan tiga pintu yang ada di halte (terserah pengemudi bus). Penumpang yang akan masuk bus direpotkan dengan harus berpindah ke pintu halte yang bertepatan dengan pintu bus. Selain merepotkan dan tidak nyaman, ini juga membahayakan, terutama pada jam-jam puncak sewaktu jumlah penumpang sangat banyak dan semua ingin cepat masuk bus. Apalagi bus hanya berhenti sebentar dan banyak halte busway yang sempit.
Jadi saya simpulkan, dengan memilih jenis bus mirip APTB dengan pintu hanya satu seperti ini, pihak Transjakarta kurang memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penumpang .
Namun ada hal yang saya ingin kritisi mengenai unit-unit bus Transjakarta yang baru ini.
Suatu pagi, sekitar dua atau tiga bulan lalu, untuk pertama kalinya saya lihat ada Bis berwarna biru yang mirip sekali dengan APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus TransJakarta) di jalur Busway Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan . Sebelumnya Bis APTB warna biru seperti ini hanya saya jumpai di di jalur Busway Jalan Sudirman dan Gatot Subroto . Setelah Bis berwarna biru itu tiba di Halte, saya baca di dinding samping Bus ada tulisan TransJabodetabek, dan di kaca depan ada tulisan Trisakti. Tulisan , bentuk dan warna bus ini menyebabkan saya dan beberapa orang yang sedang menunggu di Halte ini makin yakin, bus ini adalah APTB dengan jurusan ke arah Universitas Trisakti. Karena Bus yang kami tunggu adalah Transjakarta jurusan Dukuh Atas atau ke Monas, yang selama ini berwarna kelabu, maka kami tidak naik ke Bus biru ini.
Belakangan baru kami tahu bahwa Bis berwarna biru yang mirip APTB ini adalah bus Transjakarta yang baru, jurusan Ragunan-Dukuh Atas dan Ragunan-Monas. Sayang sekali pihak transjakarta tidak memberikan informasi mengenai bus Transjakarta yang baru ini. Warna biru dan bentuk bis yang sangat mirip APTB, serta tulisan Trisakti di kaca depan membuat Bis ini tidak bisa langsung dikenali sebagai bus Transjakarta.
Saya tidak mengerti mengapa pihak Transjakarta tidak memberikan informasi di Halte-halte Busway mengenai beroperasinya unit-unit bis baru ini? Tak ada spanduk/banner ataupun tulisan pemberitahuan di Halte-halte. Berbeda sekali sewaktu pihak TransJakarta akan menerapkan pembayaran non tunai (e-ticket). Pada waktu itu banyak sekali spanduk/banner yang dipasang di Halte-halte
Saya juga tidak mengerti mengapa pihak Transjakarta memilih unit-unit bis baru ini yang hanya memiliki satu pintu di sisi kiri dan satu pintu di sisi kanan? Penumpang Unit-unit bis baru ini lebih sulit untuk masuk / keluar bus dibandingkan dengan bus-bus Transjakarta yang lama yang memiliki dua pintu di sisi kiri dan dua pintu di sisi kanan. Penumpang yang berada di belakang sangat kesulitan untuk turun/keluar , apabila bus dalam keadaan penuh. Silakan anda perhatikan, sering kali bagian di belakang kosong, sementara bagian tengah (dekat pintu) penuh sesak, karena penumpang tidak ingin berada di bagian yang jauh dari pintu, kecuali penumpang yang menuju halte terakhir. Di samping itu, ketika berhenti di halte, pintu bus yang hanya satu ini bisa saja bertepatan dengan satu di antara dua atau bahkan tiga pintu yang ada di halte (terserah pengemudi bus). Penumpang yang akan masuk bus direpotkan dengan harus berpindah ke pintu halte yang bertepatan dengan pintu bus. Selain merepotkan dan tidak nyaman, ini juga membahayakan, terutama pada jam-jam puncak sewaktu jumlah penumpang sangat banyak dan semua ingin cepat masuk bus. Apalagi bus hanya berhenti sebentar dan banyak halte busway yang sempit.
Jadi saya simpulkan, dengan memilih jenis bus mirip APTB dengan pintu hanya satu seperti ini, pihak Transjakarta kurang memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penumpang .
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.