Hari itu Rabu sore, 4 Mei 2016 lalu lintas Jakarta lebih padat dari pada biasanya. Mungkin karena besok Kamis dan Jumat adalah hari libur. Saya ditraktir seorang teman di restoran di sekitar Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan. Di papan nama restoran ini ada tulisan "Terlezat ke 2 Se Timur Tengah... Anda tidak ketagihan jangan anda bayar !, ... Low Cholesterol ...".
Saya tertarik dengan nama menu "Soto Cairo" di daftar menu, jadi saya pilih menu itu. Sedangkan teman saya memilih menu Nasi Goreng Kambing. Untuk minuman, saya memilih Wedang Jahe. Setelah beberapa saat, pesanan kami diantar ke meja. Wedang Jahenya OK , tetapi tidak demikian dengan makanan nya.
Ternyata Soto Cairo ini pakai kuah santan. Saya jadi heran, bukankah katanya "Low Cholesterol"?. Terus, daging sotonya ternyata daging yang digoreng sampai kering seperti empal. Ini di luar perkiraan saya. Dalam bayangan saya, daging dalam dalam soto adalah daging rebus, bukan daging yang digoreng, apalagi digoreng sampai kering.
Bagaimana dengan rasanya? Terpaksa saya katakan, rasa Soto Cairo ini masih jauh dari lezat. Jadi masakan yang dinamakan Soto Cairo ini beda banget dari yang saya bayangkan dan saya harapkan sebelumnya. Hampir saja saya protes. Tetapi ... apa yang bisa saya protes? Tidak ada satupun claim restoran ini yang bisa saya salahkan.
Soal kuah santan? Bisa saja pihak restoran menjawab, "ini santan yang Low Cholesterol"... high ataupun low adalah relatif. Soal daging goreng kering seperti empal? Pihak restoran tinggal bilang , "daging digoreng memakai minyak goreng rendah cholesterol ". Atau bilang saja, "Daging Soto di Cairo memang begitu ". Saya tidak mungkin bisa membantah, karena belum pernah ke Cairo. Soal rasa? Rasa adalah relatif dan subjektif. Restoran ini mengaku "Terlezat ke 2" (bukan ke 1) , itupun "Se Timur Tengah" (bukan se Indonesia, ataupun se Kebayoran Baru). Saya tidak mungkin bisa membantah, karena belum pernah ke Timur Tengah.
Jadi saya harus menerima bahwa semua claim restoran ini tidak ada yang salah, Terus, soal "tidak ketagihan jangan bayar" ? Lha iyalah, saya memang tidak bayar, 'khan saya ditraktir :-)
Saya tertarik dengan nama menu "Soto Cairo" di daftar menu, jadi saya pilih menu itu. Sedangkan teman saya memilih menu Nasi Goreng Kambing. Untuk minuman, saya memilih Wedang Jahe. Setelah beberapa saat, pesanan kami diantar ke meja. Wedang Jahenya OK , tetapi tidak demikian dengan makanan nya.
Ternyata Soto Cairo ini pakai kuah santan. Saya jadi heran, bukankah katanya "Low Cholesterol"?. Terus, daging sotonya ternyata daging yang digoreng sampai kering seperti empal. Ini di luar perkiraan saya. Dalam bayangan saya, daging dalam dalam soto adalah daging rebus, bukan daging yang digoreng, apalagi digoreng sampai kering.
Bagaimana dengan rasanya? Terpaksa saya katakan, rasa Soto Cairo ini masih jauh dari lezat. Jadi masakan yang dinamakan Soto Cairo ini beda banget dari yang saya bayangkan dan saya harapkan sebelumnya. Hampir saja saya protes. Tetapi ... apa yang bisa saya protes? Tidak ada satupun claim restoran ini yang bisa saya salahkan.
Soal kuah santan? Bisa saja pihak restoran menjawab, "ini santan yang Low Cholesterol"... high ataupun low adalah relatif. Soal daging goreng kering seperti empal? Pihak restoran tinggal bilang , "daging digoreng memakai minyak goreng rendah cholesterol ". Atau bilang saja, "Daging Soto di Cairo memang begitu ". Saya tidak mungkin bisa membantah, karena belum pernah ke Cairo. Soal rasa? Rasa adalah relatif dan subjektif. Restoran ini mengaku "Terlezat ke 2" (bukan ke 1) , itupun "Se Timur Tengah" (bukan se Indonesia, ataupun se Kebayoran Baru). Saya tidak mungkin bisa membantah, karena belum pernah ke Timur Tengah.
Jadi saya harus menerima bahwa semua claim restoran ini tidak ada yang salah, Terus, soal "tidak ketagihan jangan bayar" ? Lha iyalah, saya memang tidak bayar, 'khan saya ditraktir :-)
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.