Pendidikan akan membuat seseorang lebih mampu memilah hal-hal benar di antara hal-hal yang keliru/salah, lebih mampu memilah hal-hal yang penting di antara hal-hal yang kurang penting, lebih mampu memilah yang bermanfaat di antara yang kurang bermanfaat, lebih mampu memilah data dan fakta di antara rumor dan hoax, lebih mampu memilah substansi di antara yang sekedar kemasan, penampilan, opini dan pencitraan.
Konon pemilihan umum dengan mekanisme pemilihan langsung adalah suatu sarana yang dapat melahirkan pemimpin-pemimpin di tingkat nasional dan juga di daerah. Namun selama masih banyak saudara-saudara kita yang belum menikmati pendidikan yang cukup, maka pemilihan umum sulit diharapkan menjadi arena adu program, memperdebatkan data dan fakta, atau adu visi dan misi. Hal tersebut masih terlalu abstrak dan sulit untuk dimengerti oleh saudara-saudara kita ini. Pemilihan umum justru rawan menjadi arena penyesatan opini, adu rumor dan hoax, serta adu pencitraan, dan bahkan politik uang. Lalu, pemimpin seperti apa yang akan lahir dari pemilihan umum semacam ini?
Dengan masih banyaknya saudara-saudara kita yang masih mudah tergiring opini, mudah percaya rumor dan hoax, serta mudah terpesona pada penampilan, dan pencitraan, sepertinya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan pihak yang berwenang menyelenggarakan pendidikan di negeri Indonesia tercinta ini.
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.