Friday, June 8, 2018

Jangan Takut Jadi Radikal

Kata "radikal" menjadi sebuah kata yang buruk, tidak disukai, bahkan ditakuti dan dibenci. Silakan perhatikan judul-judul berita berikut:
"Bertemu Jokowi, 42 Tokoh Bicara soal Masjid di DKI yang Diisi Ajaran Radikal"
"DPR Minta BNPT dan BIN Petakan Kampus yang Terpapar Paham Radikal"
"Universitas Perlu Tingkatkan Upaya Cegah Paham Radikal - Berita - Australia Plus"
"Ketua MPR: Mana Ada Masjid Radikal"


Apakah "radikal" memang begitu buruk, sehingga pantas ditakuti dan dibenci?  Padahal, "Radikal" berasal dari kata "radix" dari bahasa Latin yang artinya akar. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan istilah ini sebagai segala sesuatu yang sifatnya mendasar sampai ke akar-akarnya atau sampai pada prinsipnya. Dapat juga diartikan sebagai sifat maju dalam hal pola pikir atau tindakan.
Sangat disayangkan, bahwa kata "radikal" dipakai secara sembarangan. Lebih disayangkan lagi, banyak pejabat, dan tokoh masyarakat, serta tokoh agama yang menyamakan "radikal" dengan teroris, dan menganggap pemikiran radikal sebagai bibit terorisme.

Silakan simak tulisan Astrid Bötticher, dosen University of Applied Sciences di Berlin, yang melakukan studi mengenai terorisme: "Towards Academic Consensus Definitions of Radicalism and Extremism". 
 Astrid Bötticher menyebutkan, " The links between radicalism and terrorism are much weaker than those between extremism and terrorism". Dia menyayangkan anggapan bahwa sikap dan pemikiran 'radikal' adalah sama dengan terorisme. Menurutnya, anggapan semacam ini berbahaya, karena semua bentuk sikap radikal - bahkan suatu perlawanan terhadap rezim otoriter yang korup akan disamakan dengan terorisme. 

Kembali pada pengertian "radikal" di KBBI di atas, maka, "radikal" itu tidak berbahaya, bahkan sama sekali tidak buruk. Silakan simak contoh berikut:

  • Pada abad ke 15, Copernicus mengemukakan sistem heliosentris (planet mengorbit / mengelilingi matahari). Dalam hal ini, Copernicus berpikir radikal, mengingat pada masa itu, semua orang beranggapan bahwa matahari dan planet-planet yang mengorbit mengelilingi bumi.
  • Columbus bertindak radikal dengan berlayar menuju India melalui Samudra Atlantik. Pada masa itu, untuk menuju India dari Eropa, mayoritas pelaut akan berlayar mengitari lepas pantai Afrika dan Samudra Hindia.
  • Andai Sukarni dan para pemuda tidak bertindak radikal dengan menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, dan memaksa agar kemerdekaan segera diproklamasikan, mungkin sejarah akan mencatat kemerdekaan Republik Indonesia sebagai hadiah dari Jepang, bukan hasil perjuangan.
  • Chairil Anwar penyair terkemuka Indonesia, pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia, sering digambarkan sebagai sosok yang radikal. Sepertinya, pikiran radikal Chairil Anwar yang membuatnya dapat menghasilkan karya-karya sastra yang melampaui jamannya. 
  • Konon, di awal berdirinya Orde Baru. cita-citanya adalah untuk (kembali) melaksanakan Pancasila dan Undang Undang Dasar 45 secara murni dan konsekwen. Kalau dihubungkan dengan pengertian "radikal", maka cita-cita Orde Baru adalah cita-cita yang mendasar, cita-cita yang radikal.
  • Tahun 1998, andai para mahasiswa tidak punya pemikiran radikal untuk ikut serta menuntut berakhirnya rezim Soeharto, sejarah tidak akan mencatat peran mahasiswa dalam reformasi.
  • Munculnya transportasi daring semacam Uber, Grab, dan Gojek hanya dimungkinkan dengan adanya orang-orang yang mau melakukan perubahan mendasar, yang sama sekali berbeda dengan yang dilakukan orang biasa. Mereka adalah orang-orang yang berpikir radikal.

Jadi, jangan takut jadi radikal.

No comments:

Post a Comment

You can use HTML tags.