Tuesday, January 26, 2016

Memakai Ojek Online Untuk Pertama Kalinya

Ojek online sudah lama beroperasi di Jakarta, tetapi saya untuk pertama kalinya baru menggunakan Ojek online pada hari ini, Senin 25 Januari 2016 . Penyebabnya adalah:
1) Saya tidak suka naik ojek, karena (dulu) pernah dapat pengemudi ojek yang jaketnya bau apek. Helmnya yang dipinjamkan untuk saya pakai juga bau apek.
2) Aplikasi Ojek online tidak ada yang untuk ponsel Symbian, padahal OS ponsel saya adalah Symbian (Nokia).

Baru sekitar dua bulan yang lalu saya punya ponsel dengan OS Android, dan baru hari Kamis 21 Januari 2015, saya mendownload Aplikasi Ojek online. Setelah membandingkan antara GoJek dengan Grab bike, akhirnya saya pilih Grab bike.
Mengapa saya pilih Grab bike? Di Google Play disebutkan bahwa aplikasi GoJek maupun Grab bike "need access to ... " (mengakses sejumlah informasi dalam ponsel kita). Tetapi aplikasi GoJek mengakses lebih banyak informasi dalam ponsel kita dibandingkan dengan aplikasi Grab bike. (Lihat gambar di bawah). Jadi bagi saya, aplikasi GoJek lebih "kepo" alias "lebih ingin tahu" isi ponsel kita dari pada aplikasi Grab bike. Saya memang agak cerewet dalam soal privasi.



Di samping itu, dengan satu aplikasi Grab bike, kita sudah dapat menggunakannya untuk Grab bike, Grab Taxi dan Grab Car. Sedangkan aplikasi GoJek hanya bisa dipakai untuk GoJek saja.

Senin pagi, 25 Januari 2016 saya mencoba memesan ojek melalui aplikasi Grab Bike untuk perjalanan dari Jalan Warung Buncit ke Blok M. Di aplikasi Grab Bike disebutkan bahwa tarif nya Rp 25 ribu. Setelah saya mengkonfirmasi pemesanan, di aplikasi Grab Bike muncul beberapa nama pengemudi Grab Bike . Saya mengira bahwa salah satu nama tersebut akan mengambil order pesanan saya, tetapi ... di layar ponsel saya kemudian muncul pesan bahwa pemesanan belum berhasil, dan saya ditawari untuk memakai Grab Car. Saya mengulangi pemesanan. Kemudian muncul lagi pesan bahwa pemesanan belum berhasil.
Saya harus mengulangi pemesanan sampai 4 kali, baru kemudian saya mendapat konfirmasi bahwa pengemudi Grab Bike bernama Agus B* dengan sepeda motor nomor B 6* PVH mengambil order pesanan saya. Saya juga dapat informasi bahwa saya dapat diskon Rp 15 ribu. Setelah itu, saya mendapat telepon dari pengemudi Grab Bike mengkonfirmasi pemesanan dan lokasi saya menunggu.

Sekitar sepuluh menit kemudian, saya lihat sebuah sepeda motor menghampiri tempat saya menunggu. Pengemudinya tidak memakai jaket dan helm pengemudi Grab Bike, tetapi, nomor polisi sepeda motornya sesuai dengan yang muncul di aplikasi Grab Bike. Katanya dia pengemudi Grab Bike yang mengambil order pesanan saya . Kemudian pengemudi sepeda motor ini membuka sebuah tas plastik dan mengeluarkan sebuah helm untuk saya pakai. Saya heran karena helm ini berwarna kuning dan tidak ada tulisan dan logo Grab Bike. Waktu saya tanyakan, pengemudi Grab Bike itu mengatakan, dia belum dapat jatah helm dan jaket Grab Bike , karena baru bergabung dengan Grab Bike. Saya tidak mempersoalkan, karena helm itu bersih, tidak bau apek dan kelihatan masih baru. Meskipun tidak ada tulisan dan logo Grab Bike di helm dan jaketnya, saya tidak ragu, karena nomor polisi sepeda motornya sesuai dengan yang muncul di aplikasi Grab Bike.

Pengemudi Grab Bike mengantar saya dari Jalan Warung Buncit ke Blok M melalui jalan-jalan yang belum pernah saya lewati. Memasuki gang yang hanya bisa dilalui sepeda motor di kawasan Kemang , melintasi jembatan kecil di sekitar Jalan Bangka , kemudian masuk Jalan Wijaya.

Waktu tempuh dari Jalan Warung Buncit ke Blok M sekitar 20 menit. Lumayan cepat. Kalau saya naik TransJakarta, biasanya sekitar 45 menit sampai 1 jam. Saya pernah menumpang mobil teman, dan waktu tempuhnya hampir 2 jam.

No comments:

Post a Comment

You can use HTML tags.