Nasi pecel adalah salah satu makanan favorit saya. Di kantin kantor saya ada menu nasi pecel yang lengkap dengan sayuran kembang turi. Jarang sekali saya menjumpai penjual nasi pecel yang menyediakan kembang turi, terutama di Jakarta. Kembang turi juga memancing sedikit nostalgia saya. Di waktu saya masih anak-anak. Almarhumah Ibu sering memasak kembang turi yang Ibu petik dari pohon turi di halaman rumah kami.
Suatu pagi, sewaktu sarapan nasi pecel di kantin itu, tiba-tiba saya merasa gigi geraham saya menggigit sesuatu yang keras. Dan.... saya mendengar bunyi "krak..!". Sesudah itu, saya menyadari, satu gigi geraham atas saya retak karena beradu dengan sebutir kerikil. Saya tidak tahu, dari mana asal kerikil keparat ini. Mungkin dari bumbu kacang atau dari tempe goreng di nasi pecel ini.
Saya terpaksa ke dokter gigi. Saya katakan terpaksa, karena saya termasuk orang yang takut ke dokter gigi. Selain itu, kantor saya sudah tidak lagi bekerja sama dengan Rumah Sakit Tria Dipa, Jakarta Selatan, sedangkan dokter gigi langganan saya, drg. Nirwan Lubis praktek di RS tsb. Jadi biaya dokter gigi ini tidak diganti oleh kantor saya.
Sewaktu saya cerita penyebab gigi saya retak, drg. Nirwan Lubis tersenyum-senyum. Gigi saya ditambal sementara dahulu. "Kita tunggu seminggu sampai sepuluh hari. Kalau tidak ada rasa sakit, baru ditambal permanen" Kata drg. Lubis.
Saya kembali ke drg. Lubis dua minggu kemudian, dan gigi geraham yang retak itu ditambal permanen. Setelah selesai, drg. Nirwan Lubis menasehati saya untuk berhati hati waktu makan. Ada satu yang menarik. drg. Nirwan Lubis juga menasehati untuk hati hati makan kerupuk. Katanya, kerupuk bantat (Kerupuk yang adonannya tidak merata, sehingga ada butiran butiran yang keras di dalamnya) juga dapat membuat gigi retak. Saya baru tahu, kerupuk bisa mengalahkan gigi. Untung saya tidak suka makan kerupuk.
Sejak kejadian itu, saya tidak lagi makan nasi pecel di kantin itu.
(Foto dari Wikipedia).
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.