Pada hari Minggu, 1 Februari 2014, saya menunggu Bus Transjakarta di halte Imigrasi, Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Waktu itu hujan baru saja reda dan saya akan menuju ke Pejaten. Setelah Bus Transjakarta tiba di halte Imigrasi, saya segera naik. Saya lihat ada beberapa penumpang yang berdiri, padahal ada kursi-kursi yang kosong. Setelah saya duduk di salah satu kursi yang kosong itu, saya baru menyadari bahwa kursi yang saya duduki itu basah. Ternyata semua kursi yang kosong itu dalam kondisi basah. Sebagian celana dan baju saya terlanjur basah. Bukan hanya itu, masih ada tetesan air dari langit-langit bus yang menetes ke kepala saya. Rupanya atap Bus Transjakarta bocor sehingga air hujan masuk ke dalam bus.
Setelah hampir sampai di halte Pejaten, Bus Transjakarta yang saya tumpangi keluar dari jalur Busway. Petugas/kondektur memberitahukan, jalur busway terhalang karena ada Bus Transjakarta yang mogok. Penumpang yang akan turun di halte Pejaten diminta agar turun di halte Jati Padang (melewati satu halte), kemudian naik Bus ke arah sebaliknya. Ternyata memang ada Bus TransJakarta yang mogok di dekat halte Pejaten.
Sesampainya di halte Jati Padang, saya dan beberapa penumpang turun dan menunggu Bus Transjakarta untuk menuju arah balik ke halte Pejaten. Sekitar jam 14:35, datang Bus Transjakarta dari arah Ragunan, dan saya segera naik. Setelah di dalam Bus, saya lihat kondisi bus ini lebih parah dari bus yang sebelumnya, karena lebih banyak lagi kursi yang basah. (lihat foto di bawah).
Jakarta memang diguyur hujan hari itu, tetapi saya sungguh tidak menyangka Bus Transjakarta atapnya kropos dan bocor sehingga air hujan masuk ke dalamnya. Begitu parahkah kondisi Transjakarta saat ini?
Kondisi Bus Transjakarta yang menyedihkan ini jadi paradox dengan keinginan Pemerintah DKI agar kita memakai tranportasi umum. Saya tidak berharap Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok "blusukan" ke Bus Transjakarta untuk mengetahui kondisi Bus Transjakarta yang sudah perlu di "overhaul" atau malah diganti baru. Saya yakin pejabat-pejabat di bawah Gubernur dan juga para pengelola Transjakarta sudah mengetahui kondisi ini. Sayangnya, belum tampak ada tidakan perbaikan terhadap Bus-Bus Transjakarta yang kondisinya sudah parah ini.
Sepertinya pengelola Transjakarta lebih menonjolkan soal e-ticketing. Lihat saja di halte-halte Bus Transjakarta selalu dipajang spanduk/banner memamerkan bahwa Bus Transjakarta memakai e-ticket. E-ticket menurut saya bukan prioritas dibanding perbaikan Bus-Bus Transjakarta yang reyot, mogok dan bahkan atapnya kropos dan bocor seperti dua Bus yang saya tumpangi itu.
No comments:
Post a Comment
You can use HTML tags.